Menata Hati
Hati...'heart' dalam Bahasa Inggris (walaupun secara harfiahnya berarti 'jantung' sebagai penggerak utama tubuh yang hidup). Sepotong hati..apabila dia baik maka baiklah seluruh badan namun bila dia buruk maka buruklah orang tersebut. Dalam ilmu kesehatan, hati bertugas menyaring racun yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Saya paling susah kalau ngomongin masalah 'hati'. Walaupun setiap kali selesai sholat selalu berdoa : Ya Allah yang maha pembolak balik hati...tolong agar hamba selalu bertetap hati dalam agama-Mu.
Saya sadar sepenuhnya bahwa hati (saya) memang gampang terbolak-balik alias labil. Kepinginnya sih hati selalu putih bersih...baik...suci, sabar, suka menolong, dsb. Ingin menjadi pribadi, pegawai, anggota masyarakat, ibu, istri, anak, dengan predikat ber-hati baik/mulia.
Namun ada kalanya hati terbakar emosi...manakala keadaan tidak sesuai yang kita inginkan. Timbul amarah, jengkel, sakit hati, iri, muncul rasa dendam, sulit memaafkan kesalahan orang, dsb-nya. Seolah setan yang menguasai hati. Walaupun kadang berdalih lagi PMS alias pre-menstruasi syndrome. Namun sejatinya memang kurang sabaran.
Ada hadits yang menyebutkan apabila sedang marah maka ubahlah posisi badan, misalnya sedang berdiri maka segera duduk, bila duduk agar ganti berbaring. Bila belum reda hendaklah mengambil air wudhu.
Ada juga nasehat bila marah, tahanlah diri sejenak. Mungkin jeda waktu tersebut akan menghindarkan diri dari penyesalan karena bersikap irasional saat marah.
Seiring pertambahan umur, saya berharap 'hati' makin baik, lembut, sabar. Apalagi suami saya kebetulan ber-hati lembut. Hingga umur menjelang 40 tahun namun hasilnya kurang maksimal...istilah suami saya 'udah cetakan dari orok' kalau saya berhati keras...wkkkkk...
Saya sering ceplas ceplos kalau ngomong. Walaupun apa yang saya omongkan benar namun kadang kala menyinggung pihak lain. Istilahnya kurang sensitif gitu... Maafkan saya...
Ini ajakan untuk diri sendiri. Ayo Martina...kamu bisa menjadi pribadi dengan hati yang lebih baik. Tahan emosi...
Saya paling susah kalau ngomongin masalah 'hati'. Walaupun setiap kali selesai sholat selalu berdoa : Ya Allah yang maha pembolak balik hati...tolong agar hamba selalu bertetap hati dalam agama-Mu.
Saya sadar sepenuhnya bahwa hati (saya) memang gampang terbolak-balik alias labil. Kepinginnya sih hati selalu putih bersih...baik...suci, sabar, suka menolong, dsb. Ingin menjadi pribadi, pegawai, anggota masyarakat, ibu, istri, anak, dengan predikat ber-hati baik/mulia.
Namun ada kalanya hati terbakar emosi...manakala keadaan tidak sesuai yang kita inginkan. Timbul amarah, jengkel, sakit hati, iri, muncul rasa dendam, sulit memaafkan kesalahan orang, dsb-nya. Seolah setan yang menguasai hati. Walaupun kadang berdalih lagi PMS alias pre-menstruasi syndrome. Namun sejatinya memang kurang sabaran.
Ada hadits yang menyebutkan apabila sedang marah maka ubahlah posisi badan, misalnya sedang berdiri maka segera duduk, bila duduk agar ganti berbaring. Bila belum reda hendaklah mengambil air wudhu.
Ada juga nasehat bila marah, tahanlah diri sejenak. Mungkin jeda waktu tersebut akan menghindarkan diri dari penyesalan karena bersikap irasional saat marah.
Seiring pertambahan umur, saya berharap 'hati' makin baik, lembut, sabar. Apalagi suami saya kebetulan ber-hati lembut. Hingga umur menjelang 40 tahun namun hasilnya kurang maksimal...istilah suami saya 'udah cetakan dari orok' kalau saya berhati keras...wkkkkk...
Saya sering ceplas ceplos kalau ngomong. Walaupun apa yang saya omongkan benar namun kadang kala menyinggung pihak lain. Istilahnya kurang sensitif gitu... Maafkan saya...
Ini ajakan untuk diri sendiri. Ayo Martina...kamu bisa menjadi pribadi dengan hati yang lebih baik. Tahan emosi...
Komentar
Posting Komentar