Kendala Transportasi (Anak) Sekolah
Manusia memang tak pernah lepas dari masalah. Kemarin-kemarin bingung karena anak unas dan mencari sekolah lanjutan, eh...begitu diterima juga masih bingung soal transportasinya.
Jarak dari rumah saya ke SMAN 1 Sidoarjo kurang lebih 10 km. Masalahnya kami sebagai orang tua tidak bisa mengantar jemput anak sekolah karena pekerjaan. Kemungkinan/pilihan transportasi pertama adalah langganan mobil antar jemput. Namun nampaknya si sulung tidak tertarik mobil antar jemput karena dia akan dijemput paling pagi dan diantar terakhir alias waktunya banyak tersita di jalan. Pilihan lainnya adalah full naik angkutan umum, namun ini kurang efektif karena dia harus nyambung angkot (jadi pp 4 kali naik angkot), terutama pagi hari yang repot ngejar absen masuknya.
Sebagian orang tua sudah berani/mengijinkan anknya (SMP/SMA) naik motor ke sekolah. Saya kadang miris melihat anak-anak sekolah dasar sudah naik motor (bahkan berani memboncengkan temannya).
Perihal anak sekolah naik motor, suami saya bersikeras belum mengijinkan anak sulungnya (saat ini berumur 14 tahun 6 bulan) naik motor. Si sulung bahkan belum pernah diajari bapaknya mengendarai motor. Selain alasan umurnya belum mencapai 17 tahun juga terkait si sulung ini kurang bagus motoriknya (maksudnya saat mengendarai sepeda pancal saja beberapa kali terluka karena jatuh, ini mungkin turunan dari gen saya...hehehe).
Dulu saat si sulung SMP sempat antar jemput motor ke sekolah (sehari Rp 40.000,-). Jadi katakanlah sebulan rata-rata 20-25 kali antar jemput berarti kami mengeluarkan sekitar Rp 800.000,- sampai dengan Rp 1.000.000,- hanya untuk transportnya. Belum lagi bayar SPP, uang saku, uang kegiatan lainnya, lumayan juga ya...
Kemungkinan terbaik yang bisa dipilih nanti adalah pagi hari minta orang untuk antar anak ke Aloha lalu si anak naik angkot ke sekolah. Sedangkan pulangnya dia bisa naik angkot saja (kalau pulang kan lebih santai, tidak diburu waktu).
Okelah...itu mungkin pilihan terbaik untuk transportasi si sulung ke sekolahnya nanti.
Jarak dari rumah saya ke SMAN 1 Sidoarjo kurang lebih 10 km. Masalahnya kami sebagai orang tua tidak bisa mengantar jemput anak sekolah karena pekerjaan. Kemungkinan/pilihan transportasi pertama adalah langganan mobil antar jemput. Namun nampaknya si sulung tidak tertarik mobil antar jemput karena dia akan dijemput paling pagi dan diantar terakhir alias waktunya banyak tersita di jalan. Pilihan lainnya adalah full naik angkutan umum, namun ini kurang efektif karena dia harus nyambung angkot (jadi pp 4 kali naik angkot), terutama pagi hari yang repot ngejar absen masuknya.
Sebagian orang tua sudah berani/mengijinkan anknya (SMP/SMA) naik motor ke sekolah. Saya kadang miris melihat anak-anak sekolah dasar sudah naik motor (bahkan berani memboncengkan temannya).
Perihal anak sekolah naik motor, suami saya bersikeras belum mengijinkan anak sulungnya (saat ini berumur 14 tahun 6 bulan) naik motor. Si sulung bahkan belum pernah diajari bapaknya mengendarai motor. Selain alasan umurnya belum mencapai 17 tahun juga terkait si sulung ini kurang bagus motoriknya (maksudnya saat mengendarai sepeda pancal saja beberapa kali terluka karena jatuh, ini mungkin turunan dari gen saya...hehehe).
Dulu saat si sulung SMP sempat antar jemput motor ke sekolah (sehari Rp 40.000,-). Jadi katakanlah sebulan rata-rata 20-25 kali antar jemput berarti kami mengeluarkan sekitar Rp 800.000,- sampai dengan Rp 1.000.000,- hanya untuk transportnya. Belum lagi bayar SPP, uang saku, uang kegiatan lainnya, lumayan juga ya...
Kemungkinan terbaik yang bisa dipilih nanti adalah pagi hari minta orang untuk antar anak ke Aloha lalu si anak naik angkot ke sekolah. Sedangkan pulangnya dia bisa naik angkot saja (kalau pulang kan lebih santai, tidak diburu waktu).
Okelah...itu mungkin pilihan terbaik untuk transportasi si sulung ke sekolahnya nanti.
Komentar
Posting Komentar