Solusi (Saat) Sendiri

Saya masuk kategori 'bulok' alias bujang lokal karena berkumpul keluarga hanya di akhir pekan. Salah satu kendala menjadi jomblo berkala adalah soal urusan perut alias makan. Ya...kalau sendiri begini serba salah, kalau masak sendiri biasanya suka ga habis alias mubazir makanannya dan repot (alias malas gitu...hehe..).

Kalau ingin jajan atau makan di luar memang lebih menggugah selera karena bisa memilih menu makanan sesuai keinginan saat itu, walaupun harganya juga relatif mahal (sebenernya yang bikin mahal makan di luar adalah minumnya). Belum lagi kalau lagi malas keluar (misalnya saat sedang letih atau hujan deras), paling-paling suka buat mie instan (pakai magic com atau heater) atau makan roti.

Kalau dihitung-hitung, lama juga saya merasakan jadi anak kos. Dulu kuliah plus magang di Jakarta sekitar 3,5 tahun. Lalu ditambah kos di Malang saat tugas belajar dan beberapa tour of duty (sekitar 7 tahun ), jadi praktis total lebih dari 10 tahun. Weleh-weleh...

Beberapa hal negatif makan di warung antara lain kurang sehat (mengandung banyak MSG, minyak, atau kurang bersihnya peralatan makan yang digunakan banyak pelanggan). Dulu saat kuliah sering terjadi wabah penyakit di antara anak kos, misalnya penyakit tipus dan diare. Yang lebih mengerikan adalah penularan penyakit hepatitis.






Saat ini saya memilih berlangganan katering ala menu rumahan. Menunya sederhana, harga bersahabat, dan diantar dalam keadaan nasi masih hangat.  Contoh menunya seperti sambal terong, tempe goreng, telur ceplok dan udang. Lain kali ada tahu goreng, ikan tongkol, sambal dan sayur lodeh. Pernah juga menu sayur sop plus lauknya tempe goreng, perkedel tahu, ayam goreng, dan sambal...suegerr. Adakalanya oseng-oseng buncis, dadar jagung, serta telur dadar. Hmmm...cocok deh.


 


Komentar

  1. Hahaha...senasib kita.. yang penting dinikmati. Jaga kondisi badan. Kalau sakit di rantau sendirian rasanya luar biasa pahit.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer