Jalan-Jalan ke Pasar Corniche

Salah satu agenda jamaah haji Indonesia adalah ziarah ke Kota Jedah. Sambil menunggu kepulangan ke tanah air, rombongan kami mengunjungi ‘Corniche Commercial Center’ semacam World Trade Center di Jedah. Orang Indonesia biasa menyebutnya dengan Pasar Corniche.

Selain jalan-jalan, tujuan utama kami adalah mencari oleh-oleh. Mulailah kami berpencar ke dalam gedung/pasar tersebut. Kami diberi waktu dua jam untuk keliling, selanjutnya harus berkumpul di tempat parkir bus. Hari itu agenda  kami lumayan padat, antara lain harus melanjutkan perjalanan ke laut Merah.

Segala jenis barang dagangan ada di pasar ini. Mulai dari aneka jam tangan, tas, kaca mata/aksesories, baju, handphone, serta tentu saja makanan/camilan.  Pasar itu tidak terlalu besar (bahkan menurut saya lebih besar Jembatan Merah Plaza  di Surabaya).

Berbagai merk ternama dan asli hadir di sini, semisal Crocs, Giordano, Casio, dll.  Terdapat juga supermarket misalnya  yaitu Khaled Bawasir. Berbagai bahan yang biasa di jumpai di Indonesia ada di supermarket di sini, misalnya kelapa utuh (mungkin untuk membuat santan), tales Bogor, ubi, aneka buah tropis seperti srikaya, semangka, jambu, manggis, dll. Dan di dekat tempat kasir terdapat aneka jajanan dalam kemasan mika  yang pas di lidah kita: mie goreng, nasi goreng, nasi rames, tahu isi, bahkan klepon plus parutan kelapa mudanya. Hmmm...Indonesia banget ya...

Di pelataran pasar terdapat penjual karpet yang menggelar barang dagangannya. Aneka jenis karpet dengan berbagai ukuran amat menggoda minat saya. Namun suami mengingatkan akan keterbatasan koper kami. Akhirnya saya tidak jadi beli karpet dehhh.

Dari pengalaman penulis memang kendala para jamaah adalah keterbatasan bagasi/koper. Mungkin karena hobi belanja atau karena kebanyakan uang saku...hehe...jadinya pada bingung saat pengepakan hari terakhir. Ada yang timbangannya melebihi ketentuan, atau ada yang tidak muat di koper. Misalnya kebanyakan beli sajadah/karpet. Bahkan ada yang beli beberapa bedcover. Beberapa orang nitip bagasi ke teman yang kopernya masih longgar. Bahkan tidak sedikit barang yang terpaksa dikirim via jasa kargo (bisa habis berjuta-juta). Oleh karena itu, saat belanja harap dipikirkan bagaimana cara membawanya ke tanah air.

Saran lain dari penulis, sebaiknya Anda berbelanja oleh-oleh, semisal coklat, di supermarket saja. Misalnya supermarket  di depan Masjidil Haram. Karena harganya relatif murah dan sudah harga pas, jadi tak usah takut kemahalan karena tidak bisa menawar, demikian juga dengan aneka minuman (jus, susu, minuman bersoda, aqua) serta cookie.

 Karyawan di pasar Corniche  ini banyak yang berwajah Indonesia. Semakin yakin saat mendengar percakapan mereka, misal dengan bahasa Sunda. Jadi jika takut menawar karena kendala bahasa, cari saja kios dengan penjaga yang memakai bahasa Indonesia. Beberapa di antaranya malah membantu memberi saran barang yang bagus dengan harga murah. Kerennn...

Tapi jangan kaget ya, saat menjumpai beberapa pengunjung perempuan yang tidak menggunakan jilbab berseliweran di pasar ini. Kata salah seorang pembimbing kami mengatakan  bahwa Jedah merupakan kota internasional, berbeda dengan Madinah dan Mekah (yang merupakan kota tertutup).

Setelah puas jalan-jalan, saya dan suami ke konter kursi pijat. Biayanya relatif murah yaitu 3 real per 15 menit. Wahh...enaknya. Kaki dan punggung jadi relaks. Siap untuk kunjungan ke tempat lain.

Komentar

Postingan Populer